Cahaya bulan di atas kepala ku ini tak lelahnya mengantarkan ku pada bayangan yang ku perhatikan sedari tadi. Langkahku pun semakin berat menuju pada arah tujuan ku, ke sebuah tempat favorit sedari semester 4. Tempat ini cukup jauh untuk ditempuh oleh gadis seukuran aku, mana lagi malam ini cukup dingin menyelimuti hati yang terbalut oleh kegalauan. Perasaan itu sungguh membeku, cukup sulit untuk menolaknya melalukan apa maunya untuk melangkahkan kaki ini terus ke san, walaupun jam yang melingkar di pergelangan tangan ku ini sudah menunjukkan waktunya untuk kembali pulang.
Seakan lupa diri bahwa aku ini seorang gadis, aku terus melajukan langkahku semakin kencang ke tempat itu. Tanpa melihat apapun keadaan sekitar, tujuan utama seakan santapan istimewa yang harus segera dilahap dengan kilatnya. Desir angin dingin yang terpecahkan oleh tajuk pohon pinus pun menjelma bagai burung gagak yang menari-nari dalam ketakutanku. Ya... tentu saja sedingin kisah hidupku ini, aku takut!!.
Aku menjentikkan kuku ku yang sedari tadi tidak pernah terlepas dari pandangan kosong ku. Bagaikan orang yang sakit jiwa yg mengelana di malam buta. Jejak-jejak langkahku yang ku tuju ini seolah memberikan petunjuk langkahku untuk memperbaiki segala kekeliruan yang ku lakukan. Berusaha merangkak, bak bayi kecil yang ingin melangkah tanpa bantuan apapun. Aku tak berniat membalikkan langkah ini kembali pada posisi awal aku beranjak. Entah mengapa, aku juga tak tahu.
Baru 1 jam aku menunggu, tapi seperti sebulan saja. "Mengapa tak ku tunggu saja lagi!?", kalimat itu meraung-raung mengharapkan otak ku mengiyakannya. Hal apa yang ku tunggu aku juga tak tahu tepatnya. Namun, hal itu layaknya sesuatu yang aku tunggu tapi tak memberi balasan. Secara serontak aku mengacak rambutku yang kian semakin hancur. "AaAAAaaaarrrrcchhh!!!! Enyahlahhh!!!!", Aku berteriak. Teriakan itu sangat panjang, menyaingi srigala yang bergemuruh di gurun es. Pantulan suaraku menggema layaknya sang raja malam memberi tanda darurat.
Bayangan di sudut pandanganku semakin tak tampak berjam-jam setelah aku menunggu. Larutnya malam kiat membuat ku kalut mencari jejak kembali pulang, tapi apa yang ku temukan malam ini. Sesosok bayang kelam hitam di sudut sana. Sepertinya aku kenal bayangan itu, sesosok tubuh dengan tinggi yang tak jauh beda denganku. Aromanya... ya... aku kenal aroma itu... aroma yang pernah aku hirup ketika lelahku menyelimuti tubuh ringkih ini, aroma yang pernah membuat ku tertawa terbahak-bahak karena jarang ada orang yang mampu memiliki aroma selembut itu kecuali bayi. Ya!!! aku tau... itu kamu... Lalu langkahku ku atur berhati-hati agar mampu mendekatinya tanpa diketahui olehnya."HEI...Mmm... kamu... kenapa kamu disini...?? Disini terlalu gelap dan dingin!! kembali lah ke rumahmu...", sapa hangatku.
"Kalau benar disini gelap! aku ingin menjadi penerangmu! Jika disini dingin, aku ingin menyelimutimu dengan hangat", ungkapnya dengan nada lembut.
Seketika suasana menjadi hening......
To be continue...
0 komentar:
Posting Komentar